30 September 2012

Eksotisme Candi Prambanan



Ini adalah kunjungan gratis ke Prambanan, loh kok bisa gratis? Yup,,, ceritanya kemarin pas mudik ke Jogja, aku diajak temenku ke Prambanan, dia adalah pemilik Badut Panjul yang sudah lama badut-badutnya dikontrak sama pengelola Prambanan untuk ikut meramaikan tempat wisata Candi Prambanan, so karena ikut rombongan badut jadi masuknya gratis gak perlu beli tiket hehehehehe.
FYI : harga tiket masuk ke Candi per orang Rp30.000

Sebelum masuk ke kompleks candi setiap pengunjung diharuskan memakai kain sarung batik tujuannya untuk ikut melestarikan batik yang sudah menjadi World Heritage cagar budaya dunia. Bagus juga sih sekalian buat menghormati tempat suci bagi umat Hindu ini.

Candi Prambanan atau Candi Rara Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa sansekerta yang bermakna: 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan, tapi sayang gak bisa masuk ke candi utamanya (Candi Siwa)  karena masih dalam proses pemugaran karena gempa Jogja dulu.

Aslinya terdapat 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi Prambanan. Tetapi kini hanya tersisa 18 candi; yaitu 8 candi utama dan 8 candi kecil di zona inti serta 2 candi perwara. Banyak candi perwara yang belum dipugar, dari 224 candi perwara hanya 2 yang sudah dipugar, yang tersisa hanya tumpukan batu yang berserakan. Kompleks candi Prambanan terdiri atas tiga zona; pertama adalah zona luar, kedua adalah zona tengah yang terdiri atas ratusan candi, ketiga adalah zona dalam yang merupakan zona tersuci tempat delapan candi utama dan delapan kuil kecil.

Candi Siwa sebagai candi utama adalah bangunan terbesar sekaligus tetinggi di kompleks candi Rara Jonggrang, berukuran tinggi 47 meter dan lebar 34 meter. Puncak mastaka atau kemuncak candi ini dimahkotai modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau halilintar. Bentuk wajra ini merupakan versi Hindu sandingan dari stupa yang ditemukan pada kemuncak candi Buddha.

Dua candi lainnya dipersembahkan kepada Dewa Wisnu, yang terletak di sisi utara dan satunya dipersembahkan kepada Brahma, yang terletak di sisi selatan. Kedua candi ini menghadap ke timur dan hanya terdapat satu ruang, yang dipersembahkan untuk dewa-dewa ini. Candi Brahma menyimpan arca Brahma dan Candi Wishnu menyimpan arca Wishnu yang berukuran tinggi hampir 3 meter. Ukuran candi Brahma dan Wishnu adalah sama, yakni lebar 20 meter dan tinggi 33 meter.

Tepat di depan candi Trimurti terdapat tiga candi yang lebih kecil daripada candi Brahma dan Wishnu yang dipersembahkan kepada kendaraan atau wahana dewa-dewa ini; sang Lembu Nandi wahana Siwa, sang Angsa wahana Brahma, dan sang Garuda wahana Wisnu


Keluar dari komplek candi terdapat taman bermain. Banyak aneka permainan disana, ada penyewaan sepeda buat keliling area candi, kereta wisata, paint gun, ATV, dll. Ada juga beraneka hiburan yang sangat menghibur pengunjung seperti campur sari, dan jathilan.


Naik kereta wisata saja dengan biaya 5000 per orang kita bisa keliling kompleks candi sampai ke Candi Sewu yang berada di utara candi Prambanan. Menurutku candi Sewu juga sangat eksotis, sayang bangunannya sudah banyak yang rusak dan masih dalam proses pemugaran. Jika naik kereta , nanti akan berhenti di depan Candi Sewu dan diberi waktu buat foto2.

Komplek Candi Sewu
Cukup menyenangkan dan menghibur jalan2 ke Prambanan ini. Selain bisa belajar sejarah, juga banyak aktifitas dan hiburan yang disediakan oleh pengelola candi. Mari kita lestarikan peninggalan cagar budaya ini agar tidak tambah rusak.



22 September 2012

Gulung Ulang Trafo Untuk Power 2.1


Sudah lama subwoofer Legacy 6" ku nganggur, padahal dah dibikinin boks, tinggal bikin powernya. Akhirnya kepikiran dibikin system 2.1 saja, dengan satu blok power di subwoofer dan 2 channel output buat satelit kiri dan kanan. 
Yang perlu disiapin pertama trafonya, keinget punya trafo tulisannya sih 5A, tapi dari dimensinya aja keliatan banget kalau itu cuman abal2. Tegangan paling tinggi 32V CT, padahal aku butuhnya paling cuman 22V CT buat supply TDA7294 mono buat ngangkat subwoofernya, jadi banyak lilitan yang gak kepake. Liat kawatnya juga kecil banget masa 5A diameter kawat cuma 0,8mm preeettt.....

Daripada eneg ngeliatnya mending gw bongkar aja trafonya dan gulung ulang. Rencana mau dibikin 3 keluaran sekunder (multi sekunder) sebagai berikut:
  1. 22V CT ; 2A buat power TDA7294 mono (drive subwoofer Legacy 6")
  2. 16V CT ; 2A buat power LM1875 atau TDA2030 stereo (satelit R + L)
  3. 9V ; 300mA buat kipas pendingin
Pertama bongkar trafo, hati-hati agar kern tidak cacat karena nanti dipakai lagi.


Mulai itung2an deh yang bikin kepala puyeng (teorinya disini).
Kali ini itungan agak beda dari ngerencanain trafo biasanya, disini kita sudah punya ukuran inti besinya jadi kita tinggal cari daya primer dan sekundernya lalu disesuaikan dengan daya maksimal yang bisa dihasilkan dari inti besi yang kita punya.

Karena kita mau bikin trafo multi sekunder maka daya sekunder adalah total dari penjumlahan semua daya keluaran sekunder
Ps  =  ( 2 x 22 x 2 ) + ( 2 x 16 x 2 ) + ( 9 x 0,3 )
      =  88 + 64 + 2,7
      =  154,7 VA
Pp  =  1,1 x 154,7
      =  170,17 VA  kita bulatkan saja 170 VA

Ukuran kern / inti besi yang kita punya panjang b = 3,2 cm dan lebar h = 4,1 cm sehingga
Aeff  =  3,2 x 4,1
         =  13,12 cm2
Daya maksimal yang dapat dihasilkan oleh inti trafo = Aeff2 = 13,122 = 172,13
Jadi kita masih punya sisa daya sekitar 2 VA, lumayan buat cadangan heheheheheh.

Diameter kawat yang kita pakai
ds1  =  0,7 x √ Is1
       =  0,7 x 2
       =  0,98 mm , kita pakai AWG 18 diameter 1 mm
ds2  =  ds1 = 1mm
ds3  =  0,7 x Is3
        =  0,7 x 0,3 
        =  0,38 mm , kita pakai AWG 26 diameter 0,4 mm
dp    =  0,7 x Ip
        =  0,7 x ( 170 / 220 )
        =  0,7 x 0,7
        =  0,58 mm , kita pakai  AWG 23 diameter 0,57

Jumlah gulungan primer dan sekunder
np    =  (45 / Aeff) x 220
        =  (45 / 13,12) x 220
        =  754,57  kita bulatkan saja 755 lilit
ns/v =  (50 / Aeff)
        =  (50 / 13,12)
        =  3,8 lilit per volt
ns1  =  3,8 x 22
        =  83,6  kita bulatkan 84 lilit, karena CT berarti waktu menggulung dikalikan 2
ns2  =  3,8 x 16
        =  60,8  dibulatkan 61 lilit , dan dikalikan 2 waktu menggulungnya karena CT
ns3  =  3,8 x 9
        =  34,2 dibulatkan jadi 35 lilit

Pengecekan apakah lilitan bisa masuk ke jendela trafo atau tidak (dimensi x = 16 mm ; y = 48 mm)
c    =  ( np qp + ns1 qs1 + ns2 qs2 + ns3 qs3 ) / Acu  ,  dimana luas penampang kawat q = ¼ π d2
      =  ( 755 x ¼ x 3,14 x 0,572+ 168 x ¼ x 3,14 x 12+ 122 x ¼ x 3,14 x 12+ 35 x ¼ x 3,14 x 0,42) / (16 x 48)
      =  ( 192,56 + 131,88 + 95,77 + 4,396 ) / 768
      =  424,606 / 768
      =  0,55

nilai c yang baik antara 0,45 sampai 0,7, kalau kurang dari itu inti tidak bisa maksimal fungsinya, dan jika diatasnya kawat tidak bisa masuk ke jendela inti
nilai c untuk trafo yang mau aku gulung 0,55 so bisa dipastikan gulungan masuk ke jendela dan inti dapat bekerja dengan baik.

Ingat gulungannya harus searah semua, dan usahakan serapi dan serapat mungkin agar rugi2 trafo kecil. Tiap selesai satu gulungan lapisi dengan kertas prespan atau pita teflon yang tahan panas. Jika semua sudah tergulung tetesi dengan sirlak pada gulungannya, lalu pasang kernnya.

Hasil jadinya

Tes dan ukur tegangannya, untuk ngukur arusnya belum punya dummy load ( potensio dengan watt yang besar ), semoga aja mendekati lah....

Salam DIYers.....



21 September 2012

Dasar-dasar Perhitungan dan Perencanaan Transformator


A. Besaran Utama

Susunan trafo daya pada dasarnya adalah seperti pada gambar dibawah ini

Gambar1. Prinsip kerja transformator

Pada inti besi berbahan ferromagnetis b dililitkan gulungan primer sebanyak n1 , dan lilitan sekunder sebanyak n2 . Bila lilitan primer diberi tegangan bolak-balik (AC) dengan harga efektif sebesar V1 dengan frekuensi f , maka dalam inti besi b akan timbul fluks magnet Φ. Hubungan antara V1 dengan Φ bagi tegangan bolak-balik berbentuk sinus adalah :

              V1  =  4,44 f n1 Φ                (1)

Dengan adanya fluks magnet Φ , maka pada lilitan sekunder yang juga melingkupi fluks magnet tersebut akan diinduksikan tegangan sekunder sebesar

              V2  =  4,44 f n2 Φ                (2)

 Dari kedua persamaan diatas kalau kita bagi maka akan kita dapatkan persamaan :

              V1 / V2  =  n1 / n2                (3)

Dengan kata lain, tegangan lilitan-lilitan suatu transformator adalah sebanding dengan jumlah lilitannya masing-masing.
Jika lilitan sekunder diberi beban, sehingga akan mengalir arus sebesar I2 , maka arus ini juga akan membentuk fluks pada inti besi sebesar Φ2 , yang akan mengubah besarnya Φ awal. Bila hal ini terjadi, maka keseimbangan antara V1 dan Φ pada persamaan (1) akan terganggu. Hal ini akan menyebabkan mengalirnya arus I1 pada primer, yang berakibat timbulnya fluks Φ1 . Arus I1 nilainya sedemikian besar, sehingga Φ1 akan meniadakan pengaruh Φ2, atau dengan kata lain Φ1  =  Φ2.
Karena Φ1 sebanding dengan n1 I1 , dan Φ2 sebanding dengan n2 I2 , maka akan timbul persamaan :

              n1 I1  =  n2 I2     atau     I1 / I2  =  n2 / n1                   (4)

Bila tegangan sebanding dengan jumlah lilitan, maka arus akan berbanding terbalik dengan jumlah lilitan. Persamaan (3) dan (4) adalah rumus dasar transformator dalam keadaan ideal. Perkalian antara persamaan (3) dan (4) menghasilkan :

              V1 I1 / V2 I2  =  1    atau    V1 I1  V2 I2                  (5)

Dari persamaan tersebut jelas bahwa daya yang disalurkan lewat lilitan primer sama dengan daya yang diberikan oleh sekunder.

Keadaan diatas adalah keadaan pada trafo yang ideal. Trafo ideal cirinya ialah bahwa fluks Φ yang timbul dengan sendirinya jika primer diberi tegangan V1 , dan I2 = I1 = 0. Jadi untuk membentuk fluks tidak diperlukan suatu arus apapun. Hal ini sebenarnya tidak mungkin terjadi, karena untuk membentuk fluks Φ diperlukan arus yang diambil dari sumber V1 yang disebut arus magnetisasi atau arus beban nol I0.
Nilai fluks per satuan penampang disebut induksi magnet B .

              B  =  Φ / Aeff                      (6)

Di dalam inti trafo arus yang membentuk fluks magnet adalah arus magnetisasi yang merupakan arus bolak-balik dengan frekuensi f. Karenanya fluks di dalamnya juga akan berubah-ubah sesuai dengan frekuensi arus tersebut. Magnetisasi inti secara bolak-balik ini akan menimbulkan kerugian yang disebut kerugian histeresis. Kerugian histeresis ini besarnya sebanding dengan luas jerat histeresis tersebut. Kecuali dari jenis bahan inti trafo, luas jerat histeresis juga tergantung dari besarnya Induksi maksimum Bm yang dicapai dalam magnetisasi bolak-balik itu. Kerugian hiteresis ini sebanding dengan (Bm)2. Besarnya nilai induksi maksimum Bm dapat diperoleh dari :

              Bm  =  Φ / Aeff  =  V1 / 4,44 f n1 Aeff                        (7)

Dari persamaan (1) dan (7), maka daya semu trafo dapat ditulis dengan persamaan :

              P  =  V1 I1   
                  =  4,44  f  n1  Bm   Aeff  I1                                     (8)

Kalau penampang kawat primer adalah q1 , maka jika kita memakai besaran padat arus dengan persamaan s =  I1 / q1  (A/mm2) , dari persamaan (8) akan kita dapatkan :

              P  =  V1 I1                     
                  =  4,44   f  n1  Bm  Aeff  q1 s  
                  =  4,44  f  BmAeff  ( n1 q1 )                               (9)


Karena n1 I1  =  n2 I2 , maka bila padat arus diambil sama dengan padat arus sekunder, akan diperoleh :

              n1 q1 s  =  n2 q2 s   karena besaran s sama maka  n1 q1  =  n2 q2

Dapat juga kita tulis   n1 q1  =  ½ ( n1 q1 + n2 q2 sehingga kita peroleh :

              P  =  2,22 f  Bm  s  Aeff  ( n1 q1 + n2 q2 )                  (10)

( n1q1n2q2 ) tidak lain adalah luas jendela inti yang ditempati oleh penampang-penampang kawat primer dan sekunder, sisanya ditempati oleh kertas isolasi dan ruang udara antar kawat.
Jika luas jendela dimisalkan Acu , maka dapat ditulis :

              ( n1 q1 +  n2 q2 )  =  100 c Acu                                  (11)           

dimana c adalah suatu konstanta yang disebut faktor pengisian. Faktor 100 karena Acu akan dinyatakan dalam cm2, sedangkan q1 dan  q2 dinyatakan dalam mm2.
Dari persamaan (10) dan (11) dapat kita peroleh :

              P  =  222 f  Bm  s  c ( Aeff Acu )                                (12)

Jadi bila suatu inti trafo dengan ukuran tertentun maka hasil luas penampang besi dengan luas jendelanya adalah sebanding dengan daya trafo yang mungkin dibuat oleh inti tersebut. Tin ggal tergantung dari pembebanan besi dengan Bm serta pembebanan tembaga dengan s.
Bila selanjutnya Acu dipilih sebanding dengan Aeff untuk berbagai ukuran inti, maka ada hubungan Acu  =  m Aeff , sehingga dapat kita tulis :

              P  =  222  f  Bm  s  c m  Aeff2
atau        Aeff  =  / 2,22  f  Bm  s  c m

dimana   Aeff  :  Luas penampang inti besi
              P      :  Daya trafo
               f      :  frekuensi  ( di Indonesia 50 Hz )
              Bm    :  Induksi maksimal  ( 0,9 ... 1,1 Wb/m2 )
              s       :  Kepadatan arus   ( 1,5 ... 5 A/mm2 )
              c      :  faktor pengisian  ( 0,45 ... 0,7 )
              m     :  Acu/Aeff
Jika kita ambil besar Bm = 1,0 Wb/m2 = 10-4 Wb/cm2 , s = 3 A/mm2 , c = 0,5 , dan m = kita ambil perkiraan besarnya 0,6 maka persamaan diatas dapat kita sederhanakan menjadi :

              Aeff  =  / 222  x  50  x  10-4  x  3  x  0,5  x  0,6
                      =  / 1
              Aeff P                                            (13)


B. Perhitungan Inti Transformator dan Kawat Tembaga

Untuk menentukan lebar penampang inti b dipakai pendekatan

              b  =  Aeff / 1,5   hingga   Aeff                 (14)

setelah ketemu lebar penampang inti tinggal menentukan panjang inti besi

              h  =  Aeff  /  b                                       (15)

Gambar2. Dimensi trafo

Untuk menentukan diameter kawat sekunder yang akan digunakan , lebih dulu dihitung arus sekundernya :

             I2  =  P2 / V2

penampang kawat sekunder

             q2  =  I1 / s      nilai padat arus s antara 1,5 ... 5 A/mm2

diameter kawat sekunder

             d2   =    4 / φ  x  q2
                    =  4 / φ  x  I2 / s
                    =  4 / φ  x  I2 / s   jika s kita pakai besaran 3A/mm2
maka            =  (4 / 3,14  x  3 )    I2
                    =  (0,424 )    I2
               d2  =   0,7  I2                               (16)

jumlah lilitan sekunder per volt  perlu ditambahkan 10% dari totalnya, gunanya untuk memperhitungkan kerugian tegangan pada waktu trafo diberi beban sehingga persamaannya

               n2 / V  =  110x  ( 1 / 4,44  f  Bm  Aeff  )

Jika kita pilih nilai f = 50Hz , dan Bm = 10-4 Wb/cm2 , maka

               n2 / V  =  1,1 x ( 1 / 4,44 x 50 x 10-4 ) x ( 1 / Aeff )
                           =  49,549  x  1 / Aeff
               n2 / V  ≈  50 / Aeff                          (17)

Efisiensi transformator adalah perbandingan antara daya listrik keluaran dengan daya listrik pada masukannya. Pada transformator ideal efisiensinya 100 %, tetapi pada kenyataannya efisiensi tranformator tidak akan bisa mencapai 100 % , hal ini disebabkan karena sebagian energi terbuang menjadi panas atau energi bunyi.
Efisiensi trafo untuk tegangan rendah kira-kira hanya 90%, sehingga dalam perencanaan suatu trafo setelah ditentukan daya keluaran sekundernya, agar bisa mendekati maksimal dayanya, maka daya primer kita tambahkan 10% nya

                P1  =  ( 100 % + 10 % ) x P2
                P1  =  1,1 x P2                                 (18)

Sehingga dapat kita cari nilai arus primernya

                I1  =  P1 / V1

Untuk menetukan diameter kawat primer jika dipakai padat arus 3 A/mm2 maka rumusnya sama seperti waktu menetukan diameter kawat sekunder :

               d1  =   0,7  I1                                  (19)

Jumalah lilitan per volt jika kita pilih nilai f = 50Hz , dan Bm = 10-4 Wb/cm2 , maka :

               n1 / V  =   1 / 4,44  f  Bm  Aeff           

                          ( 1 / 4,44  x  50  x  10-4 ) x ( 1 / Aeff )
                
               n1 / V  =  45 / Aeff                            (20)

Setelah diameter kawat dan jumlah lilitan sekunder maupun primer sudah ditentukan perlu pengecekan apakah gulungan dapat masuk ke dalam jendela dengan baik. Langkah pengecekan dapat menggunakan rumus :

              c  =  ( n1 q1 + n2 q2 )  /  Acu               (21)           

Dimana  Acu  =  x . y   ( dalam mm2 ) lihat gambar 2 untuk ukuran x dan y
Nilai c yang baik adalah antara 0,45 ... 0,7 . Kalau lebih besar dari 0,7 kemungkinan gulungan kawat tidak dapat masuk kedalam jendela inti. Jika hasil dari c kurang dari 0,45 berarti inti besi kurang dimanfaatkan dengan baik sehingga kurang ekonomis.


Tabel 1. Ukuran kern trafo EI

No

Tipe

a
(mm)
b
(mm)
c,c1,c2
(mm)
d
(mm)
e
(mm)
x
(mm)
y
(mm)
1
EI-24
24
6
3
15
18
6
12,05
2
EI-28
28
8
4
21
25
6
17
3
EI-29,6
29,6
8
4
19,4
23,65
6,8
15,4
4
EI-30
30
10
5
20
25
5
15
5
EI-35
35
10
5
24,5
29,5
7,5
19,5
6
EI-38,4
38,4
12,8
6,4
25,7
32,2
6,4
19,2
7
EI-41
41
13
6
27
33
8
21
8
EI-43
43
13
6,6
28,2
34,8
8,4
21,6
9
EI-48
48
16
8
32
40
8
24
10
EI-50
50
14
9
34
42
9
25
11
EI-54
54
18
9
36
45
9
27
12
EI-57
57
19
9,5
38
47,5
9,5
28,5
13
EI-60
60
20
10
40
50
10
30
14
EI-66
66
22
11
44
55
11
33
15
EI-75
75
25
12,5
50
62,5
12,5
37,5
16
EI-76,2
76,2
25,4
12,7
50,8
63,5
12,7
38,1
17
EI-78
78
26
13
52
65
13
39
18
EI-84
84
28
14
56
67
14
39
19
EI-85,8
85,8
28,6
14,3
57,2
71,5
14,3
42,9
20
EI-96
96
32
16
64
80
16
48
21
EI-105
105
35
17,5
70
87,5
17,5
52,5
22
EI-114
114
38
19
76
95
19
57
23
EI-120
120
40
20
80
40
20
60
24
EI-132
132
44
22
88
110
22
66
25
EI-133,2
133
44,4
22,2
88,8
111
22,2
66,6
26
EI-144
144
40
26
98
124
26
72
27
EI-150
150
50
25
100
125
25
75
28
EI-152,4
152,4
50,8
25,4
101,6
127
25,4
76,2
29
EI-162
162
54
27
108
135
27
81
30
EI-168
168
56
28
112
140
28
84
31
EI-171
171
57
28,5
114
142,5
28,5
85,5
32
EI-180
180
60
30
120
150
30
90
33
EI-192
192
64
32
128
160
32
96
34
EI-210
210
70
35
140
175
35
105
35
EI-240
240
80
40
160
200
40
120




Tabel 2. Ukuran kawat dan kekuatan hantar arusnya
AWG
Gauge

Diameter
mm
Maximum Ampere for chassis wiring
Maximum Ampere for Power Transmission
Ohm per km
OOOO
11.684
380
302
0.16072
OOO
10.40384
328
239
0.202704
OO
9.26592
283
190
0.255512
0
8.25246
245
150
0.322424
1
7.34822
211
119
0.406392
2
6.54304
181
94
0.512664
3
5.82676
158
75
0.64616
4
5.18922
135
60
0.81508
5
4.62026
118
47
1.027624
6
4.1148
101
37
1.295928
7
3.66522
89
30
1.634096
8
3.2639
73
24
2.060496
9
2.90576
64
19
2.598088
10
2.58826
55
15
3.276392
11
2.30378
47
12
4.1328
12
2.05232
41
9.3
5.20864
13
1.8288
35
7.4
6.56984
14
1.62814
32
5.9
8.282
15
1.45034
28
4.7
10.44352
16
1.29032
22
3.7
13.17248
17
1.15062
19
2.9
16.60992
18
1.02362
16
2.3
20.9428
19
0.91186
14
1.8
26.40728
20
0.8128
11
1.5
33.292
21
0.7239
9
1.2
41.984
22
0.64516
7
0.92
52.9392
23
0.57404
4.7
0.729
66.7808
24
0.51054
3.5
0.577
84.1976
25
0.45466
2.7
0.457
106.1736
26
0.40386
2.2
0.361
133.8568
27
0.36068
1.7
0.288
168.8216
28
0.32004
1.4
0.226
212.872
29
0.28702
1.2
0.182
268.4024
30
0.254
0.86
0.142
338.496
31
0.22606
0.7
0.113
426.728
32
0.2032
0.53
0.091
538.248
33
0.18034
0.43
0.072
678.632
34
0.16002
0.33
0.056
855.752
35
0.14224
0.27
0.044
1079.12
36
0.127
0.21
0.035
1360
37
0.1143
0.17
0.0289
1715
38
0.1016
0.13
0.0228
2163
39
0.0889
0.11
0.0175
2728
40
0.07874
0.09
0.0137
3440



C. Contoh Perencanaan dan Perhitungan Trafo Daya

Misalkan kita mau membuat/gulung trafo kotak EI dengan tegangan primer 220V dan sekundernya 32V CT ; 5A , maka perhitungannya dengan memakai rumus-rumus trafo diatas

1.  Hitung daya trafo yang kita butuhkan
           
               P2  =  V2 x I2
                     =  2 x 32 x 5
                     =  320 VA 

     Sehingga daya primernya      

               P1  =  1,1  x  P2
                     =  1,1  x  320
                     =  352 VA

2.  Hitung luas penampang inti besinya    
         
              Aeff  =  P1
                      =  352
              Aeff  =  18,7 cm2

3.  Hitung lebar dan panjang inti besinya

              b     =  Aeff  / 1,3
                     =  18,7 / 1,3
                     =   3,79 cm

     dengan melihat tabel ukuran inti besi, maka ukuran lebar yang mendekati adalah 3,8 cm (EI-114)

              h     =  Aeff  /  b
                     =  18,7  /  3,8
                     =  4,9 cm

4.  Tentukan diameter kawat primer dan sekunder

              d1   =  0,7  x I1
                     =  0,7  x 352 / 220
                     =  0,7  x 1,6
                     =  0,88 mm

     Dengan melihat tabel ukuran kawat yang mendekati yaitu AWG 19 diameter 0,91 mm

               d2   =  0,7  x  I2
                      =  0,7  x  5
                      =  0,7  x  2,236
                      =  1,56 mm

     Di tabel ukuran kawat yang mendekati yaitu AWG 14 diameter 1,6 mm.


5.  Menghitung jumlah lilitan primer dan sekunder


              
n1   =  ( 45 / Aeff ) x 220
                      =  ( 45 / 18,7 ) x 220
                      =  2,4  x  220
                      =  529  lilit

               
n2  =  ( 50 / Aeff  ) x 32
                      =  ( 50 / 18,7 ) x 32
                      =  2,67  x  32
                      =  85 lilit

     Karena mau dibikin CT (Center Tap) maka gulungannya menjadi 2 kali, 85 lilit - CT - 85  lilit


6.  Pengecekan gulungan


                c    =  ( n1 q1 + n2 q2 )  /  Acu


      Acu adalah luas jendela inti (x.y), dari tabel 2 , untuk core EI-114 nilai x = 19 mm , y = 57 mm

      luas penampang q = ¼ π d2

                c    =  ( 529 x ¼ x 3,14 x 0,912  +  85 x 2 x ¼ x 3,14 x 1,622 )  /  ( 19 x 57 )
                      =  ( 343,88  +  350,22 )  /  1083
                      =  694,1 /  1083
                      =  0,64

     Nilai c = 0,64 berarti bisa dipastikan kawat dapat masuk ke jendela inti.


7.  Cara gulung trafo


Pertama gulung kawat primer dulu sebanyak 529 lilit dengan kawat diameter 0,91 mm pada koker, usahakan gulungan kencang, rapat, dan rapi. Setelah selesai lapisi dengan kertas prespan (kertas khusus untuk trafo, tahan panas). Untuk kawat sekundernya arah gulungan harus sama dengan gulungan primernya. Gulung sebanyak 85 lilit, lalu keluarkan ujungnya untuk CT dan gulung lagi sebanyak 85 lilit. Tetesi sirlak pada gulungan agar kuat dan tidak menimbulkan getar. Lapisi dengan kertas prespan. Untuk koneksinya bisa menggunakan terminal kabel , atau disambung dengan kabel.


Semoga bermanfaat , keep DIY......